Setan Yang "Terpuji" - BERBAGI SUKSES

Tuesday, 23 April 2024

Setan Yang "Terpuji"

Ilustrasi 


Di suatu kampung hiduplah seorang preman yang terkenal sangat gahar dan bengis. Sebut saja namanya “paidi”, memiliki perawakan badan yang gempal, memiliki tato ular kobra di lengan sebelah kanan, beralis menyambung dan berkumis tebal. Paidi dikenal tidak takut dengan siapapun, sampai suatu hari dia melakukan pemalakan kepada pedagang pasar yang sepertinya pedagang baru dengan cara mencekik dan menghempaskan ke tanah layaknya suatu pertandingan gulat. Paidi sebagai preman selalu meminta uang keamanan kepada setiap pedagang yang berjualan di pasar. Paidi memiliki rekan sesama preman bernama “japar”. Japar adalah anak buah dari Paidi. Dia selalu bersama kemanapun Paidi pergi.

Suatu ketika Paidi dan Japar setelah selesai dengan urusannya di pasar pulang kerumah bersama Japar mengendari sepeda motor RX KING dengan knalpot racing. Waktu itu jam menunjukkan pukul 18:24 wib atau setelah waktu maghrib. Jarak antara pasar dengan rumahnya sekitar 5 km jauhnya. Melewati perkebunan kelapa sawit yang luasnya puluhan hektar dan juga melewati 3 jembatan yang menurut cerita masyarakat sekitar dikenal angker. Sebelum naik keatas motor japar bergumam dalam hati “iki malem opo jum’at opo yo ? dengan rasa penasaran japar membuka kalender di HP-nya, lalu berkata: “waduh, malem jum’at kliwon saiki.. mati aku”. Japar kemudian menghampiri Paidi. “Bos.. malem jum’at kliwon lo saiki. Serem loh lewat Jembatan Telu”. Paidi lalu naik keatas motor, menyalakan motornya dan berkata “alah par.. par.. hari senin sampe minggu podo wae. Malam jum’at kliwon yo podo wae. Aku ki wong seng megang keamanan pasar iki, delok tatoku iki... gambar opo ? mosok kro hantu wae wedi” Japar lalu menyahut, “ular kobra, tapi wes mirip ular kadut”. Celotehnya terkekeh. Paidi pun langsung menimpali, “dulu tatoku sangar yo.. ojo salah. Wes, kamu mau ikut pulang nggak ? kalau ikut ayo naik, kalau nggak yo turu kene”. Akhirnya japar ikut pulang bersama Paidi.

Dari awal pintu keluar pasar Japar terlihat seperti orang ketakutan. Sepanjang jalan dia bergumam, “aduh malem jum’at kliwon.. piye yo. Aduuhh.” Ketakutan Japar berawal dari dia sering mendengar cerita-cerita warga yang pernah melihat penampakan di Jembatan Telu. Banyak ceritanya dan setiap orang ceritanya berbeda-beda, itulah yang membuat Japar tidak nyaman dalam perjalanan pulang karena Japar orangnya penakut sekali meskipun dia seorang preman.

Paidi mengendarai motornya dengan kecepatan diatas 60 km/jam. Dengar ciri khasnya yang selenge’an dan gahar, Paidi menarik tuas gas motornya dengan seenaknya. Tak jarang dia mengocok tuas gas motornya ketika berpapasan dengan pengendara motor lain. Sekitar tiga ratus meter sebelum Jembatan Telu tiba-tiba motor paidi mati. Paidi tetap tenang dan mengecek mesin motornya, setelah beberapa lama Paidi mencoba mengengkol motornya tapi tetap saja belum menyalam. Sementara Japar badannya sudah keringat dingin, dia terus mengingatkan Paidi dan berkata: “bos apa kan kataku, ini malem jum’at kliwon bos.. banyak hantu berkeliaran”. Sambil memegang lengan kanan Paidi. Paidi tidak menghiraukan ucapan Japar, lalu mencoba mengengkol lagi motornya dan akhirnya nyala. Mereka pun lalu melanjutkan perjalanan, Japar memeluk erat Paidi karena takut.

Memasuki jalan Jembatan Telu bagi Japar suasana seakan mencekam, detak jantungnya semakin cepat, dan wajahnya sangat gugup. Japar berkata kepada Paidi: “boss.. perasaanku gaenak ki sumpah. Bulu kudukku merinding”. Paidi lalu menyahut: “kamu itu belum mandi makanya bulu kudukmu berdiri.. tenang wae eneng aku gausah takut”. Dan benar saja apa yang dirasakan oleh Japar terjadi, sebelum melewati Jembatan Telu Japar melihat sosok putih sedang duduk diatas pembatas jembatan. Sosok berambut panjang terurai sebatas punggung membelakangi jalan. Sontak hal tersebut membuat Japar berteriak: “bos.. itu.. aduh..”. Japar merengek ketakutan. Mendengar Japar berteriak Paidi Pun terkejut lalu menghentikan motornya tapi tetap dalam keadaan menyala.

Paidi: “kamu itu ngagetin aja.. kamu liat opo, mana... aku lo nggak liat apa-apa”. Jawabnya dengan rasa penasaran.

Lalu Japar menunjuk kearah pembatas jembatan sambil menutup matanya.

Japar: “itu booss... ada kun.. kun..” dengan suara terbata-bata.

Japar semakin membuat Paidi penasaran, sontak membuatnya langsung menoleh kearah yang ditunjuk oleh Japar. Paidi pun seketika langsung merinding, bulu kuduknya berdiri, baru kali ini dia melihat penampakan seperti itu dengan jelas. Dia baru percaya dan sadar.

Paidi: “paarr... paarr... kamu liat sesuatu nggak ? par.. japar.” Paidi gelagapan dan ingin bergegas  pergi.

Paidi lalu memegang tuas motornya dan memasukkan gigi 1 bersiap untuk ngacir. Tapi sayang, alih-alih ingin kabur tak jauh dari tempat kejadian motor Paidi mati. Paidi dan Japar meronta-ronta dengan suara yang lantang. Sesekali Paidi mendengar suara orang ketawa yang membuatnya semakin meronta-ronta. Paidi dan Japar pun sesekali menyebut asma Allah untuk menenangkan suasana.

Paidi: “Ya Allah, sepurane ya Allah aku ngaku dosaku akeh ya allah. Selamatkan lah kami ya Allah dari godaan setan. Paidi janji ya Allah gak malak lagi.”

Japar pun mengamini ucapan Paidi dengan suara tersedu-sedu ketakutan.

Paidi berusaha menyalakan motornya lagi. Beberapa kali masih gagal. Lalu gantian Japar mencoba mengengkol dan akhirnya menyala. Dengan sepontan Paidi naik keatas motor berpegangan erak ke Japar. Japar pun langsung memasukkan gigi 1 lalu menarik tuas gas sekenanya. Mereka pun pergi dengan tergesa-gesa. Lima menit kemudian mereka sampai dirumah Paidi.

Keesokan harinya Paidi dan Japar mengumumkan kepada para pedagang yang ada di pasar jika iuran yang wajib dikeluarkan para pedagang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pengelola saja. Tidak perlu mengeluarkan uang lebih dari itu. Semenjak peristiwa itu Paidi sedikit berubah, dia jarang terlihat marah-marah, dan juga sesekali dia kepergok Japar sedang mendengarkan ceramah Gus Baha di youtube. Japar merasa Paidi sekarang berubah menjadi lebih baik.
Comments


EmoticonEmoticon