Suatu ketika Paidi dan Japar setelah
selesai dengan urusannya di pasar pulang kerumah bersama Japar mengendari
sepeda motor RX KING dengan knalpot racing.
Waktu itu jam menunjukkan pukul 18:24 wib atau setelah waktu maghrib. Jarak antara
pasar dengan rumahnya sekitar 5 km jauhnya. Melewati perkebunan kelapa sawit
yang luasnya puluhan hektar dan juga melewati 3 jembatan yang menurut cerita
masyarakat sekitar dikenal angker. Sebelum naik keatas motor japar bergumam
dalam hati “iki malem opo jum’at opo yo ? dengan rasa penasaran japar membuka
kalender di HP-nya, lalu berkata: “waduh, malem jum’at kliwon saiki.. mati aku”.
Japar kemudian menghampiri Paidi. “Bos.. malem jum’at kliwon lo saiki. Serem loh
lewat Jembatan Telu”. Paidi lalu naik keatas motor, menyalakan motornya dan
berkata “alah par.. par.. hari senin sampe minggu podo wae. Malam jum’at kliwon
yo podo wae. Aku ki wong seng megang keamanan pasar iki, delok tatoku iki...
gambar opo ? mosok kro hantu wae wedi” Japar lalu menyahut, “ular kobra, tapi
wes mirip ular kadut”. Celotehnya terkekeh. Paidi pun langsung menimpali, “dulu
tatoku sangar yo.. ojo salah. Wes, kamu mau ikut pulang nggak ? kalau ikut ayo
naik, kalau nggak yo turu kene”. Akhirnya japar ikut pulang bersama Paidi.
Dari awal pintu keluar pasar Japar
terlihat seperti orang ketakutan. Sepanjang jalan dia bergumam, “aduh malem jum’at
kliwon.. piye yo. Aduuhh.” Ketakutan Japar berawal dari dia sering mendengar
cerita-cerita warga yang pernah melihat penampakan di Jembatan Telu. Banyak ceritanya
dan setiap orang ceritanya berbeda-beda, itulah yang membuat Japar tidak nyaman
dalam perjalanan pulang karena Japar orangnya penakut sekali meskipun dia
seorang preman.
Paidi mengendarai motornya dengan
kecepatan diatas 60 km/jam. Dengar ciri khasnya yang selenge’an dan gahar, Paidi menarik tuas gas motornya dengan
seenaknya. Tak jarang dia mengocok tuas gas motornya ketika berpapasan dengan
pengendara motor lain. Sekitar tiga ratus meter sebelum Jembatan Telu tiba-tiba
motor paidi mati. Paidi tetap tenang dan mengecek mesin motornya, setelah
beberapa lama Paidi mencoba mengengkol motornya tapi tetap saja belum menyalam.
Sementara Japar badannya sudah keringat dingin, dia terus mengingatkan Paidi
dan berkata: “bos apa kan kataku, ini malem jum’at kliwon bos.. banyak hantu
berkeliaran”. Sambil memegang lengan kanan Paidi. Paidi tidak menghiraukan
ucapan Japar, lalu mencoba mengengkol lagi motornya dan akhirnya nyala. Mereka pun
lalu melanjutkan perjalanan, Japar memeluk erat Paidi karena takut.
Memasuki jalan Jembatan Telu bagi Japar
suasana seakan mencekam, detak jantungnya semakin cepat, dan wajahnya sangat
gugup. Japar berkata kepada Paidi: “boss.. perasaanku gaenak ki sumpah. Bulu kudukku
merinding”. Paidi lalu menyahut: “kamu itu belum mandi makanya bulu kudukmu
berdiri.. tenang wae eneng aku gausah takut”. Dan benar saja apa yang dirasakan
oleh Japar terjadi, sebelum melewati Jembatan Telu Japar melihat sosok putih
sedang duduk diatas pembatas jembatan. Sosok berambut panjang terurai sebatas
punggung membelakangi jalan. Sontak hal tersebut membuat Japar berteriak: “bos..
itu.. aduh..”. Japar merengek ketakutan. Mendengar Japar berteriak Paidi Pun terkejut
lalu menghentikan motornya tapi tetap dalam keadaan menyala.
Paidi: “kamu itu ngagetin aja.. kamu
liat opo, mana... aku lo nggak liat apa-apa”. Jawabnya dengan rasa penasaran.
Lalu Japar menunjuk kearah pembatas
jembatan sambil menutup matanya.
Japar: “itu booss... ada kun.. kun..”
dengan suara terbata-bata.
Japar semakin membuat Paidi penasaran,
sontak membuatnya langsung menoleh kearah yang ditunjuk oleh Japar. Paidi pun
seketika langsung merinding, bulu kuduknya berdiri, baru kali ini dia melihat
penampakan seperti itu dengan jelas. Dia baru percaya dan sadar.
Paidi: “paarr... paarr... kamu liat
sesuatu nggak ? par.. japar.” Paidi gelagapan dan ingin bergegas pergi.
Paidi lalu memegang tuas motornya dan
memasukkan gigi 1 bersiap untuk ngacir.
Tapi sayang, alih-alih ingin kabur tak jauh dari tempat kejadian motor Paidi
mati. Paidi dan Japar meronta-ronta dengan suara yang lantang. Sesekali Paidi
mendengar suara orang ketawa yang membuatnya semakin meronta-ronta. Paidi dan
Japar pun sesekali menyebut asma Allah untuk menenangkan suasana.
Paidi: “Ya Allah, sepurane ya Allah aku
ngaku dosaku akeh ya allah. Selamatkan lah kami ya Allah dari godaan setan.
Paidi janji ya Allah gak malak lagi.”
Japar pun mengamini ucapan Paidi
dengan suara tersedu-sedu ketakutan.
Paidi berusaha menyalakan motornya
lagi. Beberapa kali masih gagal. Lalu gantian Japar mencoba mengengkol dan
akhirnya menyala. Dengan sepontan Paidi naik keatas motor berpegangan erak ke
Japar. Japar pun langsung memasukkan gigi 1 lalu menarik tuas gas sekenanya. Mereka
pun pergi dengan tergesa-gesa. Lima menit kemudian mereka sampai dirumah Paidi.